Sabtu, 23 Februari 2008

MEMOTIVASI PESERTA DIDIK

Setiap pendidik akan merasa bahagia bila peserta didiknya antusias dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Mungkinkah bagi seorang guru menumbuhkan motivasi belajar dalam diri seorang peserta didik? Pertanyaan ini telah menjadi pergulatan para ahli pendidikan dan ahli psikologi. Mereka berusaha menemukan bagaimana caranya memotivasi anak,sehingga kemudian mereka mampu memotivasi dirinya sendiri untuk belajar.

Ada dua jenis motivasi. Motivasi eksternal dan motivasi internal. Guru menggunakan motivasi eksternal, misalnya bila mengatakan kepada peserta didik, "Siapa yang mendapat nilai 100 akan saya berikan hadiah, sebuah robot pintar." Guru membawa dan menunjukan robot itu pada peserta didiknya. Selama hadiah ini menarik bagi peserta didik maka motivasi eksternal bekerja mendorong peserta didik berusaha meraih nilai yang memuaskan. Sebaliknya, motivasi internal, justru tumbuh dalam diri anak dengan sendirinya, karena ia menemukan kepuasan batin. Hal itu yang terjadi ketika mereka memainkan video game. Rasa puas akibat keberhasilan menghadapi tantangan memberi mereka semangat, untuk terus tekun menghadapi tantangan lebih lanjut, sampai mereka lupa makan karena asyik sekali menghadapi tantangan yang disuguhkan gamesnya. Akhirnya, kita tidak perlu menyuruh seorang anak untuk bermain game. Dia akan mencari dan bermain dengan sendirinya. Mungkinkah prinsip seperti ini digunakan guru untuk membangkitkan motivasi belajar dalam diri anak-didiknya?

Saya mengumpulkan semua teori motivasi, dari berbagai ahli, kemudian mempelajari bagaimana sebenarnya motivasi ini bekerja dalam diri seseorang. Ternyata motivasi itu bekerja secara sederhana. Bila seseorang berhasil, maka secara batin dia merasa puas. Rasa kepuasan batin inilah yang menjadi semangat pendorong baginya untuk berusaha mengulangi lagi keberhasilan tersebut. Inilah yang menjadi motivasi internal dalam dirinya.

Misalkan, seorang guru menerangkan sebuah topik pelajaran matematika kepada peserta didiknya. Diterangkan sedemikian sederhana, sehingga peserta didik memahami dengan baik. Kemudian guru membimbing mereka mengerjakan latihan-latihan. Mula-mula, latihan yang sederhana. Demikian tahap demi tahap mereka mengerjakan latihan yang semakin lama makin kompleks dan sulit. Oleh karena anak mengalami semua proses itu, tahap demi tahap, maka mereka mampu mengerjakannya dengan baik. Rasa mampu inilah yang menjadi dasar kepuasan batin, yang merupakan akar motivasi internal, dalam diri anak. Lebih lagi, ketika ulangan, gurunya membuat soal sedemikian sehingga peserta didik mengalami "sukses" dalam ulangannya. Oleh karena guru mengetahui kemampuan anak didiknya, maka dia membuat soal yang bisa mereka kerjakan. Pengalaman berhasil itulah yang membuat seorang siswa pada akhirnya termotivasi lagi untuk terus belajar dan mengulangi lagi keberhasilan tersebut. Mereka termotivasi terus untuk belajar.

Prof Ronco (1994) mengemukakan pengalaman keberhasilan adalah pemicu motivasi internal dalam diri seseorang. Bila ingin membangkitkan motivasi internal dalam diri peserta didik, cara terbaik adalah membuat mereka mengalami keberhasilan dalam belajar.

Beberapa tips untuk guru.
PERTAMA, jelaskanlah topik pembicaraan anda kepada peserta didik sedemikian jelas, sederhana sehingga mereka sungguh-sungguh memahami dengan baik. Tujuan pembelajaran yang jelas, merupakan sumber energi belajar bagi para peserta didik. Sajikan contoh-contoh yang konkret, berupa penerapan teori pada kehidupan nyata. Terangkan konsep-konsep yang perlu diketahui peserta didik, dan jangan mengandaikan peserta didik telah memepelajari konsep tersebut di masa lampau. Karena konsep yang kabur dan tidak jelas, membuat peserta didik kehilangan minat dan ini mematikan motivasi mereka untuk belajar lebih lanjut.

KEDUA, ciptakanlah pengalaman berhasil. Berikan tugas-tugas yang anda sudah yakin pasti dapat mereka kerjakan di rumah. Seorang guru profesional hanya memberikan tugas kepada peserta didiknya, setelah memastikan tugas tersebut dapat dikerjakan setiap orang di kelasnya, karena konsepnya sudah jelas bagi mereka. Peserta didik akan frustasi mengahadapi tugas yang tidak mampu mereka kerjakan di rumah. Bila mereka berhasil mengerjakan tugas-tugasnya, mereka mendapat dorongan (motivasi) untuk tekun bergumul dengan materi tersebut.

KETIGA,jalinlah hubungan pribadi yang baik dengan peserta didik. Hal ini sangat perlu, karena apabila anda mengenal peserta didik secara pribadi, dengan menyebutkan nama mereka, menolong mereka pada saat mereka butuh bantuan, mereka cenderung termotivasi mempelajari materi pelajaran anda ajarkan. Ingatlah misalnya guru anda yang dulu begitu kita senang, karena mereka siap menolong dan simpatik terhadap anda. Pelajarannya juga menjadi sangat Anda perhatikan dan minati. Sebaliknya, guru yang memberi kesan cuek, tak perduli, cenderung mata pelajarannya tidak dipelajari dengan motivasi yang tinggi. Mereka belajar hanya karena terpaksa.

Begitupula dalam dunia kerja,selalu ada proses mengajar-mengajar,dibimbing dan membimbing.Terkadang kita terlalu naif untuk mengakui bahwa pekerjaan mereka yang kita bimbing,kita beri tugas telah diselesaikan dengan baik,atau mungkin layak kita puji dengan ucapan SEMPURNA. Jika dulu kita menjadi yang dibimbing, menjadi bawahan, diberi tugas, apa yang kita harapkan saat tugas itu telah kita selesaikan? Sebuah pujian, setidaknya sebuah penghargaan, merasa dihargai atas kerja yang kita selesaikan. saat penghargaan itu kita terima selanjutnya kita akan semakin termotivasi mengerjakan tugas berikutnya, berusaha lebih baik lagi, dan tentu saja ilmu bertambah, seiring pengalaman. Coba, andaikan kita telah menyelesaikan tugas itu dengan keyakinan sangat tinggi bahwa sudah diselesaikan dengan baik, dan penilaian dari pembimbing adalah kata "lumayan",, "cukuplah",, pasti itu sangat membunuh semangat,mengecewakan. Atau jika mau lebih ekstreem, kita akan dendam dan berucap "lihat nanti lo, lo bakal tau gua siapa..."

KEEMPAT, untuk menjadi seorang guru yang baik dibutuhkan keikhlasan bahwa murid kita kedepannya mungkin akan lebih "besar" dari kita. Apa yang kita harapkan dari menjadi seorang guru selain murid kita akan lebih daripada gurunya. Terkadang kita temui murid yang memiliki bakat sangat besar, tapi bukannya mengasah bakat itu kita malah khawatir,"wah, kedepannya bisa menjadi saingan kita". Dalam hidup selalu ada pilihan, jika kita tidak bisa menjadi pemain bowling yang juara, pelukis yang luar biasa, arsitek terkenal, atau gitaris yang melegenda, kita bisa memilih menjadi guru dari mereka. Paling ngga, nama kita dicantumkan dalam buku biografi mereka, sampul kaset mereka, atau jika mereka diwawancara di televisi dengan pertanyaan "siapa orang yang mengajarkan anda, hingga anda menjadi seperti saat ini?". Murid itu akan menyebut nama anda, yah masih bisa numpang beken kan?Hmmmm...


Diberkatilah seluruh alam dengan kebahagiaan,2008 02